- Back to Home »
- kapitaselekta , News Flash , Semester V »
- Pentingnya Softskill dalam Dunia Kerja
Posted by :
Unknown
Senin, 01 Desember 2014
Soft
skills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang "EQ"
(Emotional Intelligence Quotient), kumpulan karakter kepribadian, rahmat
sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang
menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi keterampilan
keterampilan keras (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan
pekerjaan pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya. Soft skill adalah suatu kemampuan, bakat, atau keterampilan yang ada di dalam
diri setiap manusia. Soft skill adalah kemampuan yang dilakukan dengan cara non
teknis, artinya tidak berbentuk atau tidak kelihatan wujudnya. Namun , softskill ini dapat dikatakan sebagai
keterampilan personal dan inter personal.
Yang dimaksud softskill personal adalah
kemampuan yang di manfaatkan untuk kepentingan diri sendiri. Misalnya, dapat
mengendalikan emosi dalam diri, dapat
menerima nasehat orang lain, mampu memanajemen waktu, dan selalu berpikir
positif. Itu semua dapat di kategorikan sebagai softskill personal.
Kemudian
yang dimaksud softskill inter personal adalah kemampuan yg dimanfaatkan untuk
diri sendiri dan orang lain. Contohnya,
kita mampu ber hubungan atau ber interaksi dengan orang lain, bekerja
sama dengan kelompok lain, dan lain lain.
Jadi
softskill juga harus di iringi dengan hardskill, karena kita hidup tidak boleh
hanya mempunyai softskill yang berkualitas saja, tapi hardskill kita perlu
diperhatikan. Dengan memiliki hardskill yang baik, kita bisa menjadi manusia
yang berkualitas. Misalnya, kita di sekolahkan oleh orang tua kita, kita akan
memiliki ilmu pengetahuan, nah ilmu tersebut akan kita gunakan dalam kehidupan
kita nanti, oleh karena itu, hardskill dan softskill yang seimbang dapat
menumbuhkan jiwa/pribadi yang berkualitas.
Menurut
mantan Dirut perusahaan konsultan global McKinsey and Company, Don Watters,
sekarang ini pemberi kerja cenderung untuk mencari lebih dari nilai yang
impresif dan pengetahuan mengenai teori bisnis. Mereka mencari orang yang
memiliki soft skill. Ia juga berkata bahwa faktanya lulusan terbaik MBA tidak
selalu menjadi manajer yang terbaik dan tersukses.
PENTINGNYA
MEMILIKI SOFT SKILL DALAM DUNIA KERJA
Dunia
kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak
hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft
skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di
Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard
skill dan sisanya 80% oleh soft skill.
Adalah
suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih
besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada
pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill
dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu
kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.
Jika
berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan
urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal
yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill
pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan
menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan
pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi
juga bagi pendidik.
Konsep
tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama
ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft
skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis,
yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.
Secara
garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal
dan interpersonal skill.
a. Intrapersonal skill mencakup : self
awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional
awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness,
time/source management, proactivity, conscience).
b. Interpersonal skill mencakup social
awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity,
service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence,
communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Pada
proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih
mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat
hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai.
Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes
dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin
100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person
in the right place’.
Hampir
semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara
hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi
SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard
skill oke, tetapi soft skillnya buruk.
Hal
ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga
mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan
interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan,
perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik
meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan
ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian
muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Hal
tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja,
namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft
skillnya yang baik. Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata
bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan
diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang
tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
Contoh-Contoh
Softskill
Berikut
ini adalah contoh Softskill :
1. Kemampuan
Berkomunikasi
Komunikasi secara umum
didefinisikan sebagai "menanamkan atau pertukaran pikiran, pendapat, atau
informasi melalui pidato, menulis, atau tanda-tanda". Meskipun ada yang
namanya komunikasi satu arah, komunikasi dapat dirasakan lebih baik sebagai
proses dua arah yang di dalamnya ada pertukaran dan perkembangan pikiran. Komunikasi
adalah dasar yang paling kuat dalam interaksi di setiap lingkungan seperti
sekolah, kampus dan sebagainya.
2. Manajemen
Konflik
Sebagai mahasiswa akan
sangat diperlukan kemampuan dalam menangani masalah yang sering muncul dalam
setiapa aspek kehidupan.
3. Kemampuan
Bekerja Sama Dengan Team
Ternyata kemampuan ini
sangat besar andilnya dalam lingkungan kerja. Banyak diantara mahasiswa yang
cenderung berpikir bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan oranglain padahal
pemahaman ini sangat salah. Di lingkungan kampus kemampuan ini diasah melalui
kerja kelompok.
4. Pengambilan
Keputusan
Dalam kondisi yang
mendesak kemampuan ini sangat diperlukan. Untuk kondisi tertentu kemampuan ini
harus dibuat walaupun terkadang mengesampingkan prosedur atau aturan yang baku
yang telah disepakati bersama. Contohnya dalam bidang kedokteran menyelamatkan
ibu atau bayinya
5. Negoisasi
Negosiasi adalah suatu dialog
dimaksudkan untuk menyelesaikan perselisihan, untuk menghasilkan kesepakatan
atas tindakan, untuk tawar-menawar untuk keuntungan individual atau kolektif,
atau hasil kerajinan untuk memuaskan berbagai kepentingan. Ini adalah metode
utama alternatif penyelesaian sengketa.
Tentang
Softskill.
Hasil
penelitian menunjukkan , justru soft skill yang menentukan kesuksesan seseorang
dalam kepemimpinan suatu bisnis. Seperti artikel pada CPA Journal yang
mengemukakan bahwa 20% kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari
intelegensia yaitu kemampuan untuk belajar dan memahami. Sementara itu, 80%
sisanya berasal dari kemampuan untuk memahami diri sendiri dan berinteraksi
dengan orang lain.
Ada
pelajaran menarik dari buku Lesson from The Top karya Neff dan Citrin (1999).
Pada tahap pertama, penulis buku itun meminta kepada sekitar 500 orang (CEO
dari berbagai perusahaan, LSM, dan dekan/rektor perguruan tinggi) agar
menominasikan 50 nama orang yang dianggap tersukses di AS. Mereka antara lain
Jack Welch (General Electric), Bill Gates (Microsoft), Andy Grove (Intel), Lou
Gerstner (IBM), Michael Dell (Dell Computer), Mike Armstrong (AT&T), John
Chambers (Cisco System), dan Frederick Smith (Federal Express).
Tahap
berikutnya, penulis buku itu mewawancarai 50 orang terpilih tersebut. Selain
memuat hasil wawancara, buku itu juga menampilkan satu bab simpulan yang memuat
10 kiat sukses yang menurut 50 orang tersebut paling penting.
Sepuluh
kiat sukses itu, kebanyakan menyebutkan pentingnya memiliki keterampilan lunak
sebagai syarat sukses di dunia kerja. Mereka juga sepakat, yang paling menentukan
kesuksesan bukanlah keterampilan teknis, melainkan kualitas diri yang termasuk
dalam kategori soft skills atau keterampilan berhubungan dengan orang lain
(people skills).
Beberapa kiat sukses orang sukses berdasarkan
softskill yang dikembangkan adalah:
1. Nafsu yakni unsur dalam kecerdasan
emosional yang merupakan kiat sukses, yang meliputi gairah atau semangat
membara.
2. Intellegence quotient thinking (IQ).
Indikatornya kemampuan menghitung, menganalisis, mendesain, berwawasan,
berpengetahuan luas, membuat model, dan kritis. Ketiga, kemampuan berkomunikasi
dalam mengembangkan/ membangkitkan diri dan mengembangkan orang lain. Keempat,
kesehatan dan energi tinggi, meliputi kemampuan menjaga stamina fisik dan
kesehatan organ-organ tubuh.
3. Kecerdasan spiritual. Kecerdasan itu di
AS masih menduduki urutan tinggi dalam mendukung sukses. Kecerdasan spiritual
mampu menjawab untuk apa dia hidup, mau ke mana setelah hidup, dan apa yang
ditargetkan setelah kehidupan ini.
Kesimpulan
Jadi
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Karna pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi
teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat
langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi
dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi
oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes,
meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam
menempatkan
Sumber
Arum. (4 November 2013). Pentingnya Softskill Dalam Dunia Kerja.
Diperoleh 10 November 2014, dari http://businesslounge.co/2013/11/04/pentingnya-soft-skill-dalam-dunia-kerja/
Meylani P Putri. (6 Januari
2011). Pentingya Softskill Dalam Dunia
Kerja. Diperoleh 10 November 2014 dari
http://putrimeylaniep.blogspot.com/2011/01/pentingnya-memiliki-soft-skill-dalam.html
Ardiansyah Amoedy Reza. (09
September 2014). Pengertian Softskill
Penjelasannya. Diperoleh 10 November
2014, dari http://hiddengrazz.blogspot.com/2010/09/pengertian-softskill-penjelasannya.html